Rabu, 31 Agustus 2011

Pengorbanan itu Indah

Coff Fransiscko Uweubun
Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

"Apa kabar daun hijau!!!" katanya. Tersent...ak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.

"Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?" tanya daun hijau.

"Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?" kata ulat kecil.
"Tentu ... tentu ... mendekatlah ke mari."

Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang, tapi tak apalah

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai "hati" bagi sesamanya.
Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong.

Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah..

Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau, Allah akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi "daun hijau", berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik: kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.
Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban.

Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa dilakukan. Jangan lupa bahwa kita pernah menerima pengorbanan yang tiada taranya dari Yesus hingga kita bisa diselamatkan seperti sekarang ini.


By.coff...

Minggu, 28 Agustus 2011

~Berpastoral dengan Multimedia~


oleh Agustinus Takndare pada 25 Juni 2011 jam 8:57
Peluang dan Strategi Pastoralnya1
Oleh: F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr 2
Upaya-upaya pastoral (penggembalaan) bagi kawanan domba Kristus telah dan akan terus dilakukan. Namun kita menyadari betapa pelayanan pastoral tradisional kerap belum bisa menyapa kawanan domba yang terserak oleh aneka kondisi hidup mereka, apalagi untuk turut membimbing dan menuntun mereka yang berasal dari kandang lain. Syukur pada Allah, akhir-akhir ini multimedia dengan kekuatan suara dan gambarnya bisa menjadi alternatif dan pelengkap sarana pastoral kita. Dalam tulisan ini kita akan mencoba melihat, mempertimbangkan, dan menjajagi aneka multimedia sebagai sarana pastoral, secara khusus internet. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas soal film dan televisi sebagai sarana pastoral mengingat kecilnya peluang ini akan dimanfaatkan oleh keuskupan dan paroki-paroki di Indonesia. 3
1. Tujuan Pastoral: Mempunyai Hidup dalam Kelimpahan
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberi kita hidup, dan mempunyainya dalam kelimpahan (Yoh 10:10). Maka hidup dalam Kristus dengan segala kelimpahannya ini patut diwartakan dan diperjuangkan, juga di era multimedia, dimana kekuatan gambar dan suara perlu diperhitungkan dan dimanfaatkan untuk melengkapi karya pastoral (penggembalaan) tradisional sehingga kawanan domba Kristus di zaman modern ini4 akhirnya bisa menemukan padang berumput hijau (lih. Mzm 23) dan hidup dalam segala kelimpahannya.
Tidak dipungkiri bahwa multimedia, terlebih internet, membawa aneka dampak negatif dalam kehidupan manusia modern, seperti bahaya keterasingan diri, plagiarisme, pornografi dan kekerasan dalam media, namun hal demikian tidak perlu membuat kita ragu untuk memanfaatkannya mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan multimedia bagi karya pewartaan dan penggembalaan di zaman modern ini. Maka "adalah penting, bahwa semua orang dari semua tingkatan dalam gereja menggunakan internet secara kreatif untuk mewujudkan tanggung jawab mereka dan membantu memenuhi misi Gereja. Ketakutan atau kekhawatiran akan komunikasi tidaklah beralasan, karena sangat besarnya kemungkinan positif dari internet."5
2. Seruan Gereja untuk Memanfaatkan Media Modern

Konsili Vatikan II menerbitkan dokumen Inter Mirifica yang mengajak kita memanfaatkan sarana komunikasi modern untuk karya pewartaan dan penggembalaan Gereja. Sementara dalam ensiklik Communio et Progressio , art. 128, Paus Paulus VI menegaskan bahwa media modern menawarkan cara-cara baru untuk menghadapkan manusia dengan pesan Injil. Lebih lanjut dalam ensiklik Evangelii Nuntiandi, art. 45 beliau juga menegaskan, "Gereja akan merasa bersalah di hadapan Kristus bila gagal menggunakan media untuk evangelisasi." Paus Yohanes Paulus juga mendukung pemanfaatan media massa untuk katekese6 dan dalam ensiklik Redemptoris Missio, art. 37 beliau menyebut media sebagai aeropogus pertama di zaman modern. Maka "Gereja belumlah cukup untuk menggunakan media sekedar untuk menyebarkan pesan Injil dan ajaran otentik Gereja. Namun juga perlu mengintegrasikan pesan Injil ke dalam kebudayaan baru yang diciptakan oleh komunikasi modern."

Paus Benediktus XVI dalam pesan hari komunikasi ke-44 pada tahun imam ini mengangkat tema: Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda. Ditegaskannya bahwa penggunaan teknologi komunikasi baru ini sangatlah perlu, khususnya dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran dunia dewasa ini.7 Maka para imam, selaku para bentara Sabda Allah, diharapkan juga menjadi saksi setia terhadap Injil dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin komunitas yang menampilkan 'suara berbeda' dalam pasaraya digital. "Dengan demikian, para imam, ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, animasi, blog dan website) yang seiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog, evangelisasi, dan katekese." 8
3. Menimbang Peluang dan Keterbatasan Multimedia
Untuk menyusun suatu strategi pastoral dengan multimedia, patut kiranya pertama-tama kita menyadari peluang dan kekuatannya, tetapi juga segala keterbatasannya sehingga kita lebih realistis dalam pemanfaatannya.
a. Kekuatan dan Peluang Multimedia untuk Pastoral
Pertama, biaya operasional pewartaan Injil dengan internet relatif lebih murah dan berisiko kecil. Kita bisa membandingkannya dengan pewartaan Injil secara langsung dari kampung ke kampung, yang membutuhkan energi, biaya, dan risiko yang tidak sedikit. Sementara pewartaan melalui multimedia, misalnya internet, sanggup menjangkau subjek pewartaan yang jauh lebih luas dan berisiko kecil. Pewartaan digital melalui internet ini juga bisa diakses oleh masyarakat kota yang fanatik, ataupun di pelosok pedalaman sejauh ada koneksi internet. Demikian pula biaya operasionalnya lebih terletak pada biaya akses internet dan langganan provider, apalagi bila dimanfaatkan layanan jaringan sosial yang gratis.
Kedua, multimedia bisa membantu penyebarluasan informasi dan pewartaan gereja, bahkan bisa membantu menyapa mereka yang kurang terjangkau. Internet sungguh "membawa keuntungan dari perspektif religius. Mereka membawa berita dan informasi tentang event-event religius, ide-ide, dan kepribadian. Mereka melayani sebagai kendaraan untuk evangelisasi dan katekese. Hari kerja maupun hari libur, mereka tetap menyediakan inspirasi, peneguhan, dan peluang untuk ibadah bagi mereka yang terkurung di rumah atau institusi mereka."9 Maka internet sangat relevan untuk aneka kegiatan dan program Gereja, seperti evangelisasi (termasuk re-evangelisasi dan evangelisasi pertama, maupun karya misioner ad gentes ), katekese, dan aneka bentuk pendidikan, berita, dan informasi, apologetik, dan administrasi, dan beberapa bentuk pastoral konseling dan bimbingan rohani.10
Ketiga, internet menawarkan akses langsung dan segera ke sumber-sumber religius dan spiritual yang penting, seperti perpustakaan besar dan museum, tempat-tempat ibadah, pengajaran dokumen magisterium, tulisan bapa gereja dan pujangga gereja, serta kebijaksanaan religius dari pelbagai zaman. Mereka juga bisa berkontak dan saling meneguhkan dalam komunitas virtual.11
Keempat, memang internet tidak bisa menggantikan komunitas antar pribadi secara real, realitas inkarnasi dari sakramen-sakramen dan liturgi, atau pewartaan langsung Injil, namun internet dapat melengkapinya , menarik orang pada pengalaman iman yang hidup, dan memperkaya kehidupan religius penggunanya.12
b. Keterbatasan Multimedia sebagai Sarana Pastoral
Pertama, Pastoral melalui multimedia dan secara khusus internet, dapat berfungsi dengan baik sejauh ada jaringan dan akses ke internet, entah melalui komputer pribadi ataupun diakses dari warnet. Namun, adanya fasilitas juga tidak menjamin manakala ada keengganan orang untuk membuka emai ataupun mengklik situs komunitas (paroki, tarekat, dsb), sehingga komunikasi tidak bisa lancar sebagaimana diharapkan.
Kedua, perlu adanya tenaga terampil dan berminat untuk mengelola web sehingga situs yang dikelola terus di-up date dan tampil secara menarik. Aneka situs rohani yang terkesan ala kadarnya dan kurang digarap serius juga tidak memberi daya tarik, apalagi bila isinya terkesan klise . Tenaga terampil dan profesional makin dibutuhkan manakala kita mau menggarap multimedia lainya, seperti animasi komputer, VCD, dsb.
Ketiga, adanya tuntutan multimedia agar isi tulisan di web tidak terlalu panjang, cukup sekitar satu halaman, yang tentunya membatasi kedalaman pembahasan. Penyajian dalam situs web cenderung lebih sederhana dan ringan bila dibandingkan dengan buku-buku.
Keempat, tulisan dalam situs rohani pun cenderung bersifat relatif dalam soal kebenaran. Berbeda dengan buku, tulisan di website tak pernah akan ada nihil obstat dan imprimaturnya.13 Memang media modern ada kalanya terkesan indifferent, bahkan memusuhi iman dan moral kristiani, sebab media dilatarbelakangi oleh pemikiran posmodernisme dimana tiada kebenaran yang mutlak.14 Kelima, data-data pribadi di internet cenderung anonim atau disamarkan, berbeda dengan pelayanan pastoral secara langsung. Hal ini perlu disadari dalam menilai dan menggunakan latar belakang mereka yang mengakses situs rohani.
4. Situasi umat yang perlu disapa dan dilayani:
Tentu sasaran pastoral dengan multimedia ini bisa ditujukan kepada semua umat Katolik, termasuk mereka yang setia menghadiri misa mingguan dan aktif dalam kegiatan lingkungan atau kelompok kategorial. Melalui sarana pastoral multimedia ini mereka bisa tetap berkontak satu sama lain, saling menguatkan, dan memperluas khazanah iman, misalnya dalam milis-milis paroki atau milis kelompok kategorial.

Namun, secara khusus pastoral dengan multimedia ini ditujukan kepada:
Pertama, kaum muda sebab melalui teknologi komunikasi baru ini, menurut Paus Benediktus XVI, Gereja bisa mendampingi kaum muda dalam menghadapi tantangan-tantangan mereka di tengah pergeseran budaya masa kini. Kita ingat bagaimana Paus Benediktus XVI sendiri juga meluncurkan situs pribadinya di youtube.
Kedua, mereka yang terdiaspora oleh karena pekerjaan dan kondisi hidupnya sehingga tidak terjangkau dengan pelayanan pastoral teritorial-tradisional. Situasi kediasporaan seperti dibicarakan Romo Mangunwijaya Pr dalam Gereja Diaspora (Kanisius, 1999) akan menemukan alternatif jawabannya dalam pelayanan pastoral multimedia ini. Dokumen The Church and Internet menegaskan, "Internet melengkapi gereja dengan sarana-sarana komunikasi untuk kelompok-kelompok khusus, khususnya kaum muda dan dewasa muda, orang-orang tua dan yang terkurung di rumah, orang-orang yang tinggal di wilayah yang berpindah-pindah, anggota-anggota tubuh Kristus lainnya yang mungkin sulit terjangkau."15
Ketiga, sebagaimana Kristus juga menuntun domba dari kandang lain agar mereka juga dijadikan satu kawanan dan satu gembala (Yoh 10:16), maka pastoral dengan multimedia hendaknya juga dirancang untuk menjangkau semua orang yang berkehendak baik, yang dalam kebingungannya mencari Sang kebenaran, agar mereka juga menemukan padang berumput hijau. Maka Paus Benediktus XVI menghimbau kita untuk "memperkenalkan orang-orang zaman sekarang teristimewa mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki."16
Keempat, manusia modern yang berlatar belakang lain agama dan budaya, juga perlu disapa dan diajak berdialog. "Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain, dengan orang-orang tak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya, menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya, putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran abadi dan mutlak."17 Lebih lanjut, Paus Benediktus XVI menegaskan bahwa internet adalah suatu 'pelataran bagi orang-orang bukan Yahudi' di Bait Allah Yerusalem.
5. Siapa Pelakunya?
Tugas pertama ambil bagian dalam pelayanan pastoral multimedia ini tentulah para imam yang telah mendapat perutusan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan kawanan domba Kristus, sebagaimana ditegaskan Paus Benediktus dalam pesan hari Komunikasi tahun 2010 ini. "Lebih dari sekedar seorang 'ahli media' seorang imam hendaknya mengungkapkan kedekatannya dengan Kristus untuk memberikan 'jiwa' baik bagi pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung."18

Namun, kaum beriman awam yang kompeten dalam bidang komunikasi sosial ini juga bisa menyumbangkan potensi dan kemampuannya. Lumen Gentium 37 sendiri mengakui peran dan keterlibatan kaum beriman awam dalam bidang demikian, "Sekedar ilmu pengetahuan, kompetensi, dan kecakapan mereka, para awam mempunyai kesempatan, bahkan juga kadang-kadang juga kewajiban, untuk menyatakan pandangan mereka tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraan Gereja". Maka mereka yang terlibat dalam karya bidang komsos ini hendaklah menolong sesama yang lainnya agar di dunia digital mereka juga turut "merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugerahkan keselamatan dan membangun manusia secara utuh."19 Melalui mereka pula Gereja mengharapkan adanya opini publik untuk bisa mensuplai dan membimbing anggota Gereja lainnya.
Secara khusus kaum muda perlu dilibatkan dalam karya pastoral multimedia ini, entah mereka ambil bagian dalam pengelolaan situs-situs rohani, ataupun pembuatan blog atau facebook pribadi dimana mereka ikut mensharingkan kesaksian iman mereka melalui tulisan mereka.
Untuk mendukung keberhasilan pastoral multimedia ini, perlu adanya sinergi dari semua potensi yang terdapat dalam Gereja. Mereka yang melibatkan diri pada pastoral multimedia ini bisa mendapatkan training profesional, namun juga pembinaan doktrinal dan spiritual. Dengan demikian mereka yang terlibat, tidak merasa berjalan sendiri-sendiri, tetapi dalam kebersamaan untuk ambil bagian dalam karya penggembalaan kawanan domba Kristus.
6. Perlunya Pendidikan Bermedia
Mengingat multimedia ini merupakan barang baru dengan segala dampak negatifnya, maka pastoral media pertama-tama dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan media, khususnya bagi kaum muda. Apa saja materi yang perlu disajikan dalam pendidikan media? Dokumen The Church and Internet menyebut: "Lebih dari sekedar pengajaran tentang teknik-teknik, pendidikan media membantu orang membentuk standard rasa baik dan penilaian moral dengan benar, sebuah aspek akan kesadaran formasi. "20 Sementara Communio et Progressio art. 107 menggarisbawahi pendidikan media bagi kaum muda, "Kaum muda secara khusus perlu diajar ' tidak hanya menjadi orang Kristiani yang baik saat mereka menjadi penerima tetapi juga aktif dalam menggunakan semua alat komunikasi dalam media.... sedemikian sehingga kaum muda akan sungguh menjadi warga dari era komunikasi sosial yang baru dimulai."21 Dengan demikian, selain diajar soal teknik, mereka juga perlu diajar bagaimana memfungsikan dengan baik dunia cyberspace, membuat pembedaan dan penilaian berdasarkan kriteria moral atas apa yang mereka dapat di sana , serta menggunakan teknologi baru untuk perkembangan mereka secara integral dan bagi keuntungan sesama. 22
Selain kepada kaum muda, training dan pendidikan media ini juga layak ditawarkan kepada para seminaris, imam, religius, dan petugas pastoral awam, demikian pula guru, orangtua, dan murid.23 Dengan demikian bisa diharapkan bahwa semua umat akhirnya bisa memanfaatkan multimedia untuk pendalaman iman dan pewartaan firman. Di satu sisi mereka perlu menerimanya dengan sikap kritis dan bijaksana, namun di lain pihak juga memanfaatkan aneka peluang dan kemudahannya untuk pewartaan Injil. Untuk menyelenggarakan pendidikan media secara berkesinambungan, Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan idealnya menyediakan materi training yang bisa dimanfaatkan oleh paroki-paroki dan aneka institusi Gereja.
7. Aneka Peluang yang Perlu Dijajagi:
Seperti disinggung di bagian pengantar, sebenarnya multimedia mencakup semua sarana komunikasi modern yang memanfaatkan kekuatan suara dan gambar, termasuk televisi dan film. Namun, mengingat mahalnya biaya produksi pembuatan film dan juga mahalnya biaya pendirian stasiun televisi, di sini kita membatasi beberapa peluang dan kemungkinan yang masih bisa dilakukan oleh Gereja lingkup keuskupan, paroki, kelompok kategorial, bahkan pribadi.

  1. Melengkapi sarana katekese audiovisual, dengan membuat video, program animasi komputer, powerpoint yang bisa disebarkan melalui milis-milis ataupun didownload di internet, dan penyajian aneka informasi iman katolik di website.
  2. Membuat milis atau forum diskusi iman, dimana materi tidak hanya mencakup informasi kegiatan gereja, atau untuk menambah wawasan iman, tetapi juga memotivasi sharing pengalaman iman dan saling mendukung dalam doa.
  3. Membuat suatu "facebook bersama" atau situs rohani yang lumayan komplet untuk menyediakan aneka layanan konsultasi kebutuhan manusia seutuhnya (bdk. Yoh 10:10), mulai dari konsultsi psikologi, kesehatan, belajar, karir dan ekonomi, dsb. Dan tentunya di situ disediakan juga ruang pengenalan dan pendalaman iman Katolik, sehingga sesewaktu para pengunjung bisa mengklik dan membacanya.
  4. Membuat situs yang menampilkan kekuatan ajaran iman Katolik dalam mengkaji persoalan keseharian dan di tengah masyarakat, sekaligus juga bisa ditampilkan titik temu iman katolik dengan aneka budaya masyarakat Indonesia dewasa ini. Situs rohani demikian akan menjadi pintu dialog dan sekaligus menawarkan pencerahan bagi mereka yang tengah mencari Sang Kebenaran.
  5. Pribadi-pribadi pun bisa membuat web, blog, facebook atau twitter dimana dengan leluasa kita bisa mensharingkan pengalaman iman kita, yakni mensharingkan pengalaman keseharian dalam terang ajaran iman dan bagaimana kita menemukan dan mengalami kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sharing iman demikian niscaya akan jauh menarik dan menyentuh hati pembaca. Tentu dalam aneka situs pribadi ini kita juga bisa menampilkan sisi iman katolik atau mentautkannya dengan situs-situs rohani yang banyak menyajikan ajaran iman Katolik.
  6. Ambil bagian dalam milis-milis umum, dengan berupaya ikut membentuk opini publik dan menjadi garam dan terang di sana. Beberapa orang juga mencantumkan teks Alkitab di akhir postingan dalam milis-milis.
Memang harus tetap disadari bahwa realitas virtual ini tidak akan pernah bisa menggantikan kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi maupun realitas sakramental dalam sakramen-sakramen lain, demikian pula dengan partisipasi dalam ibadah dengan tubuh-darah manusiawi dalam komunitas. Oleh karena itu perencanaan pastoral multimedia ini haruslah memimpin orang dari cyberspace ke komunitas yang sejati dan bagaimana, melalui pengajaran dan katekese, sesudah itu internet mungkin bisa digunakan untuk menyediakan dan memperkaya mereka pada komitmen kristiani.24
8. Menimbang Aneka Potensi dan SDM yang Ada
Tuhan Yesus mengajak orang yang mengikuti Dia untuk mempertimbangkan segala sesuatunya, sama seperti orang yang hendak mendirikan menara atau raja yang akan maju berperang (lih. Luk 14:28-33). Demikian pula halnya dengan pilihan pastoral dengan multimedia, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu. Kendati peluang dan manfaat pewartaan dan penggembalaan dengan multimedia ini sangat besar, kita harus tetap realistis dengan potensi dan sumber dana-daya yang kita miliki. Sebab untuk membuat animasi komputer, misalnya: dibutuhkan mereka yang mumpuni dan berkomitmen dalam pembuatan animasi dan design grafis, demikian pula tim kreatif yang memahami ajaran iman dan bagaimana berkatekese. Sementara itu untuk produksi dan distribusi, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sejauhmana dana bisa dihimpun dan dikelola untuk mendukung karya kerasulan ini? Sedangkan untuk pengelolaan website, diperlukan tenaga-tenaga trampil dan berkomitmen untuk mengelolanya, sehingga tidak terkesan asal-asalan. Adakah tenaga yang mau mengelolanya dengan setia dan berkesinambungan? Dalam hal ini potensi kaum muda Katolik masih bisa diharapkan dan diberdayakan. Adakah orang-orang yang bersedia menyiapkan tulisan untuk mensuplai aneka website rohani ini? Demikian pula soal pemanfaatannya, perlu dipikirkan sejauhmana komunitas Katolik sendiri tertarik dan memanfatkannya.
9. Contoh Rancangan Pastoral dengan Multimedia
Kita hendak membuat program animasi komputer yang bisa melengkapi katekese audiovisual maupun menyediakan sarana bagi anak-anak untuk belajar sambil bermain dengan komputernya di rumah. Maka umat yang menguasai animasi dan design grafis bisa bersinergi dengan tim kreatif katekese. Materi yang bisa diolah untuk anak-anak, misalnya: seputar misdinar, permainan kitab suci, dan pengenalan liturgi. Pembiayaan yang perlu dianggarkan mencakup biaya produksi, publikasi, dan distribusi. Sementara untuk mendistribusikan program animasi ini, bisa dijalin kerjasama dengan sekolah-sekolah Katolik.
Web paroki tentunya memuat aneka informasi yang penting bagi warga paroki, namun juga bisa memasukkan kolom renungan, forum diskusi, dan juga konsultasi. Bila dalam pelayanan pastoral tradisional, pastor paroki bisa menyapa dan memberikan layanan konsultasi secara langsung, maka konsultasi melalui web merahasiakan pengirimnya sehingga hal yang ditanyakan bisa menjadi bahan pembelajaran bersama. Tentu saja konsultasi tertulis demikian tidak seideal konsultasi langsung, namun setidaknya bisa melengkapi kekosongan, terlebih bagi mereka yang enggan atau tidak mungkin datang berkonsultasi secara langsung kepada pastor parokinya.
Penutup
Multimedia dengan segala kekuatan dan keterbatasannya, tetaplah sarana pastoral yang kiranya bisa melengkapi upaya-upaya pastoral tradisional selama ini. Dia tidak hanya menyapa umat paroki, tetapi juga lintas paroki, bahkan juga menyapa banyak domba dari kandang lain, yang semoga setelah bersentuhan dengan suara Sang Gembala akhirnya juga tertuntun menjadi satu kawanan sehingga menemukan hidup dalam segala kelimpahannya.
Seminari Tinggi Giovanni Malang, 4 Oktober 2010
 
 
Kepustakaan:
  • Batmomolin, L dan Fransisca Hermawan. Budaya Media: Bagaimana Pesona Media Elektronik Memperdaya Anda (Ende: Nusa Indah, 2003).
  • Iswarahadi SJ, Y.I. "Kekuatan Audio Visual dalam Pewartaan", dalam www.savpuskat.or.id/artikel2.php?id , diakses 3 Oktober 2010.
  • Paul A. Soukup, SJ, Francis J. Buckley SJ, David C. Robinson SJ, " The Influence of Information Technologies on Theology", Theological Studies 62 (2001) 366-377.
  • Tardelly SX, R.F. Merasul lewat Internet : Kaum Berjubah dan Dunia Maya ( Yogyakarta > Kanisius, 2009).
.
Dokumen Gerejani:
  • Instruksi Pastoral Communio et Progressio tentang Alat-Alat Komunikasi Sosial,23 Mei 1971.
  • Paulus VI, Anjuran Apostolik Evangelii Nuntiandi, 8 Des 1975.
  • Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, 19 Oktober 1979.
  • Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio, 12 Juli 1990.
  • Komisi Kepausan untuk Komsos, Instruksi Pastoral Aetatis Novae, 22 Feb 1992.
  • ------------. The Church and Internet , 2 Feb 2002.
  • -----------. Ethics in Communications, 2 Jun 2000.
  • Benediktus XVI, Pesan pada hari Komunikasi ke-44 "Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda" (16 Mei 2010).

  • United States Catholic Conference, Pastoral Plan for Church Communication , 1997.

  1. Makalah disampaikan dalam Hari Studi XXXV STFT Widya Sasana Malang, 23-24 Okt 2010 dan dimuat buku Iman dan Pewartaan di Era Multimedia (Seri Filsafat Teologi Widya Sasana no.19, 2010) hlm. 209-223.
  2. Imam praja Keuskupan Malang ini mendapat licensiat Kitab Suci dari Institut Biblicum Roma dan sejak tahun ajaran 2010/2011 menjadi staf pengajar di STFT Widya Sasana Malang .
  3. Kita patut berterima kasih kepada SAV Puskat Yogyakarta yang dengan setia memproduksi aneka program mimbar agama Katolik yang ditayangkan di televisi.
  4. Paul A. Soukup, SJ, Francis J. Buckley SJ, David C. Robinson SJ, " The Influence of Information Technologies on Theology", Theological Studies 62 (2001) 369, menyebut penggunaan media mendapat urutan ketiga dalam aktivitas manusia modern setelah tidur dan kerja.
  5. Pontifical Council for Social Communications, The Church and Internet , (2 Feb 2002), no. 10.
  6. Catechesi Tradendae , no. 46.
  7. Pesan hari Komunikasi ke-44, no.3.
  8. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 4.
  9. Ethics in Communications, n. 11.
  10. The Church and Internet , no. 5.
  11. The Church and Internet , no. 5
  12. The Church and Internet , no. 5.
  13. Bdk. Paul A. Soukup, SJ, et all, " The Influence of Information Technologies on Theology", 371.
  14. The Church and Internet, no. 8.
  15. The Church and Internet, no. 5.
  16. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 6.
  17. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 8.
  18. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 5.
  19. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 7.
  20. The Church and Internet , no. 7.
  21. Communio et Progressio , no. 107.
  22. The Church and Internet , no. 7.
  23. Aetatis Novae , no. 28.
  24. The Church and Internet, no. 9.
http://www.imankatolik.or.id/berpastoral_dengan_multimedia_peluang_dan_strategi_pastoralnya.htm



BADAI PASTI BERLALU




Ibu siapa yang tidak akan pontang-panting bila ia sendirian berjuang demi perjalanan hidup keluarganya. Ibu yang mana tidak akan berpeluh keringat bila ia seorang diri harus membutuhi hidup suami, dan anak-anaknya. Dan setiap ibu yang memegang tanggujawab sepenuhnya dan semua urusan berada di pundaknya, pasti akan mengalami banyak derita hidup yang jelas bukan diundang, apalag...i diharapkan. Ibu dalam kisah ini mengalami semua pahit getirnya hidup, ia merasakan lebih banyak derita daripada kebahagiaan, sedih daripada tawa, terenyuh dari pada rileks. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja demi keluarga tercinta daripada darpada tenang. Ia menatap hari esok dengan segala tantangan dan perjuangan.

Namanya adalah bu Claren. Ia hanya seorang tukang jahit biasa tetapi ia percaya bahwa lewat pekerjaan ini, ia akan mampu mengemban "missi" demi kabahagiaan keluarganya. Suaminya sakit-sakitan, tidak berdaya, pastilah menambah daftar tantangan bagi sang ibu ini. Anak-anak dalam pertumbuhan, apalagi. Mereka pasti membutuhkan biaya banyak. Tetapi ibu Claren ini tidak pernah menyerah apalagi putus asa. Ia punya moto dalam hidupnya, "Allah tidak akan membiarkan saya gagal" Inilah curahan doanya setiap hari.

Pada suatu hari, ia sungguh mengalami terjalnya hidup. Mesin jahit yang dipakenya, dibelinya secara kredit. Ia harus membayar bulanan, tepat tanggal 01, sekitar Rp. 150. 000. Pada saat yang sama suaminya harus dibawa ke rumah sakit dan anak-anak butuh biaya sekolah. Ia tidak punya uang. Rasa kegalauannya dilengkapi dengan datangnya surat dari toko mesin jahit itu demikian, "Bu Claren, jika ibu tidak bisa melunasi kredit mesin jahit tanggal 03 ." (lewat tiga hari dari perjanjian kredit), kami akan datang mengambil mesin jahit itu. Seorang dari anaknya jelas melihat perubahan wajah ibu tercintanya segera setelah ia membaca surat ini. Sang anak cemas, sedih dan menangis. Kendati sang ibu juga mengalami kesedihan dan kecemasan yang sama, Ia tidak mau lebay apalagi menangis di depan anak-anaknya. Ia mengatakan, "Anakku, Allah tidak akan membiarkan saya gagal."

Pada tanggal tanggal 03 (pagi), tiba-tiba seseorang mengetok pintu rumah. Sang anak berpikir bahwa itu adalah orang dari toko mesin jahit mau melaksanakan ancaman mereka sebelumnya, menyita mesin jahit tersebut. Setelah sang ibu membuka pintu, tampaklah seorang laki-laki berpakayan necis, rapi dan wajah simpatik. Laki-laki itu bertanya, "Apakah kamu bu Claren? si ibu menjawab, "Ya, benar saya bu Claren. Bapak itu melanjutkan, "Maaf bu saya mengganggu, saya ada urusan mendesak pagi ini, Nama saya Dokter Smith dan saya mau membuka kantor dokter gigi di tempat ini, tetapi saya tidak punya kenalan di sini. Saya harus buru-buru ke rumah sakit di kota lain karena ada yang darurat. Orang-orang di sekitar sini mengatakan, "Pergi saja ke rumah bu Claren, ia ibu yang baik, jujur, ramah dan bertanggung jawab. Saya mau minta tolong sama ibu menjaga anak saya ini (sekitar 3 tahun) selama tiga hari dan saya akan memberi ibu sekedar, sambil memberi sejumlah uang jauh melebihi pembayaran kredit mesin jahit. Dengan penuh suka cita si ibu menjawab, "Ya saya akan menjaga anak bapak." Segera setelah itu, bapak itu berlalu dan anak itu "ad home" di pangkuan sang ibu.

Saudara-i terkasih, Allah tidak akan membiarkan kita gagal kalau kita sungguh percaya dan berseru kepadanya. Dalam Mateus 11: 28, di katakan, "Datanglah kepadaKu, semua kalian yang lelah dan memikul beban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Dan dalam Filipi 4:6 dikatakan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan ucapan syukur.

Ini adalah sapaan Allah yang meyakinkan, menyejukkan dan sungguh menyemangati kita. Ini adalah janji Allah bahwa ia tidak akan membiarkan kita gagal. Silih berganti tantangan dan perjuangan kita, masalah ekonomi, kesehatan, salah pengertian, tantangan iman, masalah keluarga (ketidak setiaan, kurang terbukaan dan salah paham), dst. Sekali lagi Allah tidak akan pernah membiarkan kita gagal. Doa dan seruan iman adalah "pelarian" kita. semoga.

Kamis, 25 Agustus 2011

MEMBERI DARI KEKURANGAN: Perbuatan Kasih…….


oleh Coff Fransiscko Uweubun pada 29 Juli 2011 jam 21:27
Mengamati hiruk-pikuk di dalam kota ternyata ada bgitu banyak pemandangan yg mendatangkan piluh di hati kecilku. Pernah di depan Mall aku berdiri sambil menunggu kedatangan temanku, disebelah kiri saya ada seorang anak kecil yg berlari-lari sambil membagi sesuatu di tangan kanannya. Dia membagi kepada orang-orang tertentu saja. Orang-orang itu rupanya menjadi lengganan anak itu siang dan malam. Tdk ada kata yg keluar dari mulut orang-orang yg diberikan hadia oleh anak kecil itu. Ketika diberikan bungkusan itu, mereka menyepih di sudut mobil atau lorong-lorong dan membuka hadia dari anak kecil itu. Mereka itu adalah Tukang koran , Penyapu jalan, dan Tuna wisma.
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiranku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan? “kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaranku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai disebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut. De, “boleh kakak bertanya” ? kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, dan peminta-minta,.. itu apa ?, dengan sopan anak itu katakan,.. bungkusan nasi dan sedikit lauk kak, memang kenapa kak!, dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya. Oh.. tidak! , kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka? Lalu ,adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu ! aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma ”,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di kota begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik.
Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka. Yang ibu ku selalu katakan “ hidup harus berarti buat banyak orang “, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.
Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta,” Apa yang kita bawa”?. Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Yah.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata pendidikan dan kehebatan tidak mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada Mu lah yang dapat mengiringiku masuk keSurga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.
(Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.)
Lakukanlah perkara-perkara kecil, dengan membagikan cerita ini kepada semua orang, semoga hasil yang didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat banyak orang.

Dari Bukit Bantik, 29 Juli '11

BERKACALAH Teman....cantik/Tampan


oleh Coff Fransiscko Uweubun pada 03 Agustus 2011 jam 9:46
Sepenggal pengalaman masih di Seminari kecil. Diharuskan seorang Seminaris masuk asrama dgn semua penglengkapan yg dubutuhkan, mulai dari pakaian, alat tulis menulis sampai perlengkapan kecil-kecilan. Satu hal yg menarik dr semua perlengkapan itu ialah seorang Seminaris harus memiliki cermin dan sisir rambut (iting aku, masih membutuhkan sisir lagi ya, hehehe). Kebiasaan anak asrama cermin dan sisir biasanya bkn disimpan di ruang tidur melainkan di laci ruang kelas. Kebetulan temanku yg semenja belajar dgnku hobbynya berdandan kala mata pelajar belum tiba. Peristiwa naas menimpahnya, ketika asyik berdandan dgn kaca besar, tau-tau rektor melewati di depan kelas. Rektor mengamatinya kurang lebih 15 menit sementara dia asyik merapihkan rambutnya. Rektor memanggilnya ke depan kelas dan berkata…..”seratus kali berdandan seratus kali mukamu tetap jelek gitu….iting ga perlu disisir lagi, wouuuuu Sadis men, hahah”…………kamu berkaca seharian dan sekembali aku katakan kepadaku kamu TAMPAN lbh dari kambing di belakang sana atau tidak????, hahahah…teman-teman menyambut dgn hura dan memberikan semangat kepada dia……Peristiwa ini membekas dalam ingatanku sehingga sampai sekarang ga punya cermin dan sisir…(iting lagi kata orang, ahahha)….!!! Apakah kamu juga ga perlu cermin ya..???? Masih berhubungan dgn cermin..!! Waktu kecil saya suka menonton film Putri Salju. Di sana si ibu tiri Putri Salju senang sekali bercermin. Biasanya ia bertanya, “Cermin ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di dunia?” Lalu karena cermin si ibu tiri adalah cermin ajaib, cermin tersebut kemudian dapat memperlihatkan gambaran dari Putri Salju. Sayangnya cermin yang saya dan Anda miliki bukan cermin ajaib. Jadi setiap kali kita bercermin, pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru malah aneh kalau kita bercermin lalu yang terlihat adalah gambaran diri orang lain. Kita semua adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan, berarti seharusnya kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. Bahkan kita itu dijadikan menurut gambar dan rupa Allah. Pertanyaannya adalah, “Cermin seperti apakah diri kita?” Bila kita merupakan cermin yang utuh dan mengilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan. Saat orang melihat diri kita, mereka melihat Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Ini yang perlu kita semua kejar. Bila kita merupakan cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memoles supaya cermin tersebut menjadi mengilap. Bila itu yang kita rasakan, mari kita berdoa dan minta Tuhan yang memoles diri kita untuk menjadi mengkilap kembali. Selain berdoa supaya Tuhan yang memoles diri kita, kita juga perlu memoles diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengubah pikiran kita untuk menjadi selaras dengan pikiran Tuhan. Saat pikiran kita diubahkan, saat itulah kita akan berusaha memoles diri kita menjadi sesuai yang Tuhan mau. Bagaimana bila kita merupakan cermin yang retak? Bila kita merupakan cermin yang retak, walaupun cermin itu mengilap tidak akan banyak berguna. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya merupakan cermin yang retak. Kilap dalam cermin tidak dapat menutupi kondisi keretakan cermin. Sekuat apapun Anda menutupi kondisi retak itu, Anda tidak bisa membohongi diri sendiri. Saya tidak bermaksud mengatakan kita harus memperlihatkan kerapuhan kita, menjadi cengeng, menjadi pahit, dan mempertontonkan itu pada semua orang. Tidak! Tetapi setidaknya jujurlah! Banyak orang hari-hari ini senang sekali memakai ‘topeng’. ‘Topeng’ yang digunakan adalah topeng yang tidak kasat mata, tidak kelihatan. Topeng yang digunakan adalah untuk menutupi kondisi diri yang retak. Mengapa banyak orang suka mengenakan topeng untuk menutupi cerminan diri yang retak? Jawaban utama hanya satu: mereka tidak menyukai cermin retak itu. Mereka malu dengan cermin retak itu. Mereka benci dengan cermin retak itu. Karena itu, mereka berusaha supaya orang juga tidak melihat cermin retak itu. Perasaan tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan ini berpengaruh sangat besar untuk menjadikan kita sebagai cermin yang retak. Efek dari tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan akan menyebabkan orang menjadi: - Menarik diri dari orang lain. - Cenderung mempertahankan diri secara berlebihan. - Menolak orang lain. - Menyakiti orang lain. Memberontak. - Cenderung berusaha keras untuk membuat diri diterima orang lain. - Sangat sensitif dan sulit disenangkan.- Mudah sekali kecewa.- Memiliki harapan-harapan yang tidak realistis akan orang lain. Bila ini adalah kondisi Anda, jangan biarkan ini berlarut-larut. Segera datang pada Tuhan, bereskan kondisi ini. Kondisi cermin yang retak bila dibiarkan berlama-lama akan menjadi cermin yang hancur. Biasanya bila cermin hancur tempatnya di pembuangan sampah. Ya, tidak akan terpakai lagi. Jangan biarkan diri Anda menjadi cermin yang hancur! Bagaimana bila sekarang kondisi Anda adalah cermin yang hancur? Apakah sudah tidak ada lagi harapan bagi Anda? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan dalam Tuhan! Mazmur 51:19: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah. Betapa Tuhan itu baik. Cermin hancur pun Tuhan tidak pandang hina, bahkan Ia pandang sebagai korban sembelihan bagi-Nya. Bila kondisi Anda saat ini sebagai cermin yang hancur, datang pada-Nya. Minta Ia memulihkan kondisi Anda. Ia begitu mengasihi Anda, si cermin hancur. Begitu besar kasih-Nya sehingga Ia rela mati bagi Anda. Darah-Nya tercurah untuk memperbaiki Anda kembali. Setiap tetesan darah-Nya mengelem dan menyatukan setiap kepingan dan serpihan diri Anda, hati Anda, jiwa Anda. Bukan sekedar mengelem dan menyatukan, bahkan Dia menjadikan Anda sebagai cermin baru yang utuh. Mari datang kepada-Nya. Apapun kondisi kita, cermin utuh yang mengilap, cermin utuh yang kusam, cermin yang retak, bahkan cermin yang hancur; semua itu Dia terima dengan tangan terbuka. Biarlah darah-Nya membasuh kita, memulihkan kita, dan menjadikan kita cermin yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya. Dari sahabatmu..Coff
Bukit Bantik, 03 Agustus ‘11

Didalam Catatan ini: