Kamis, 01 Desember 2011

ANIMASI & VIDEO





Rabu, 30 November 2011

Renungan Malam: "PENUHILAH JANJIMU, KAWAN!"



"Mungkin karena kebutuhan maka ada saja yang datang meminjam dengan janji akan menggantikan atau karena ingin dikatakan sebagai yang bermurah hati maka janjipun diobral kepada orang lain. Akan tetapi yang kemudian dan sering terjadi dalam hidup, adalah hanya sedikit yang mengingat dan memenuhi janjinya.

Karena itu, janganlah menunggu sampai orang lain datang menagih janjimu atau menyebarkan sesuatu yang buruk tentangmu kepada orang lain, karena itu pasti akan menjadi saat terburuk bagi kedua belah pihak. Bila saat ini Anda mengingat pernah menjanjikan untuk menggantikan atau akan memberikan sesuatu kepada orang lain, maka sebelum Anda berjuang untuk memenuhinya dalam waktu yang singkat, kuajak Anda untuk mohon pertolongan Tuhan dalam doa malammu agar Ia meneguhkan niatmu untuk memenuhi janji-janjimu sejauh mungkin dan dapat Anda lakukan di hari esok.

Rabu, 09 November 2011

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran




(Inno Ngutra)

Teman-teman muda MIK yang terkasih,
Ada refleksi menarik dari mantan dosenku bidang moral di Seminari Pineleng (Romo Sujoko, MSC) tentang Pesta Gereja Basilik Lateran hari ini…Silakan membaca dan memaknainya dalam hidup sebagai anggota Gereja.
Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran

Hari ini Gereja merayakan pembarkatan basilika Lateran, yang disebut induk dari semua (bangunan) gereja di seluruh dunia. Basilika itu secara resmi adalah tempat kediaman uskup Roma, yang dengan sendirinya juga adalah Paus. Karena Basilika Lateran itu adalah gereja induk, maka bisa kita sebut Gereja Paroki kita untuk seluruh dunia. Jadi kalau seluruh dunia ini hanya satu paroki, maka Gereja Paroki kita adalah Basilika Lateran itu. (Demikian antara lain keterangan yang dibaca oleh P. Albert Jamlean, MSC, selebran yang ber-hut hari ini).
Namun kenyataannya, Paus tidak tinggil di Basilika Lateran, walaupun Basilika itu adalah kediaman resmi uskup Roma. Paus tinggal di Basilika St. Petrus – yang menurut pemandu wisata – sebenarnya adalah sebuah makam yang sangaaat besar. Jadi Paus tinggal di makam santo Petrus; sedangkan yang tinggal di Basilika Lateran adalan Vicaris Jendralnya (Vicjen).
Ada Katedral dan Basilika. Apa bedanya? Katedral adalah Gereja tempat tinggal Uskup, dari kata Cathedra yang artinya kadera atau kursi. Sedangkan Basilika berarti Gereja Kerajaan; Basileia (bhs Yunani) artinya: Kerajaan. Jadi Basilika-basilika itu adalah Gerejanya para raja dan kaisar; berarti Gereja yang besar-besar. Kalau Katedral belum tentu besar, yang penting uskup tinggal di situ. Kalau Basilika harus besar, biarpun tidak ada uskupnya di situ. Misalnya; Basilika Lateran; Basilika Santa Maria Magiore dll.
Yang membuat saya meresa tidak enak sedikit dalam pesta hari ini adalah: Kemenangan Gereja dalam kekaisaran Romawi yang membuat (atau mamaksa) Konstantinus mengeluarkan edik Milan tahun 313 yang isinya: agam kristiani menjadi agama kekaisaran resmi romawi. Kita harus mengatakan Puji Tuhan atau “hati-hati” dengan kemenangan ini. Karena sejak itu memang triumphalisme Gereja meresapi semangat Gereja. Waktu saya duduk mendengarkan kisah Basilika Lateran yang dibacakan dari buku peringatan dan pesta, saya tiba-tiba terpikir: Jangan-jangan kemenangan kekristenan atas kekaisaran romawi itu bukan murni “berkat” Tuhan, tetapi masalah politis juga. Karena saya lalu terlinyas Yesus yang selama hidupnya: tidak mendekat kepada kekuasaan Herodes, Kaisar di Roma, Pilatus bahkan pemimpin agama formal seperti para imam dan ahli kitab. Gereja yang berwarna “duniawi” itu lalu seperti menyimpang dari contoh Yesus. Sampai ada sejarawah Perancis (saya lupa namanya) yang dikutip mengatakan dengan agak menyindir: Yesus bermaksud mendirikan Kerajaan Allah, tetapi yang muncul Gereja!
Kerajaan Allah atau “Gereja Kristus” itu (kalau mau dibedakan dari Gereja Katolik atau Gereja Kristen institusional dari semua denominasi) lalu ada di mana? Yesus pernah bilang di Injil: Kerajaan Allah ada di tengah-tengahmu!
sujoko
di provinsialat

Senin, 07 November 2011

INDAHNYA KEMATIAN DI HARI KELAHIRAN

Inno Ngutra


Ada 3 moment penting yang selalu membuatku terkagum-kagum akan cinta Tuhan kepadaku, yakni Kelahiran, Tahbisan Imamat dan Kematianku.

KELAHIRAN menjadi bukti bahwa Sang Pencipta menciptakanku dan orang tua (papa dan mama) telah bekerja secara luar biasa sehingga aku diizinkan oleh cinta mereka lahir ke dunia ini. Tuntunan dan kasih sayang mereka telah membentukku menjadi seorang anak manusia yang takut akan Tuhan dan mencoba mencintai dan menerima sesamaku sebagaimana mereka adanya. Penerimaan ini hanya menjadi mungkin bila aku sendiri menerima diriku apa adanya. Penerimaan diri menjadi pintu gerbang untuk mencintai sesama dan mengakui kebesaran Allah yang telah menciptakanku seperti apa adanya aku saat ini.

TAHBISAN IMAMAT adalah sebuah langkah penuh liku yang harus kuambil karena dengan itulah aku menjadi seperti apa adanya aku saat ini. Aku boleh saja memilih untuk menikah, aku boleh saja memilih untuk menjadi seorang tentara, pegawai, atau bahkan petani maupun pelaut, dan beragam lainnya. Namun, keputusan untuk menjadi imam selalu membuatku kagum akan bagaimana Ia mencintaiku. Aku yang merasa tidak tampan, pandai dan bijak telah melayakkanku menjadi hamba-Nya; “Duc in Altum;Free Rainbow Graphics - http://www.myrainbowtext.com

MIK “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam”, meskipun telah semalaman, bertahun-tahun aku mencoba tapi karena Engkau yang menyuruhnya maka aku akan menebarkan jala juga (Luk.5:4) Dan, sungguh, jala itu sekarang aku sedang tebarkan dengan harapan bahwa hasil yang didapatkan Petrus juga menjadi hasil tangkapanku, atau sekurang-kurangnya aku dapat berkata seperti ibu-Mu, Maria; “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

KEMATIAN adalah misteri. Namun semakin bertambah umurku, semakin kerinduanku mengetahui rahasia ini semakin besar. Kalau dalam kelahiran aku meyakini bahwa ada Sang Pencipta lewat papa dan mama, maka dalam sakramen imamat, aku sadar bahwa Ia sendirilah yang telah menyuruhku untuk membawa dan menebarkan jala-Nya. Pertanyaan bagiku saat ini; “Siapakah Dia Yang telah menciptakanku? Siapakah Yang telah menyuruhku membawa dan menyebarkan jala-Nya? Siapakah Dia?” Pertanyaan ini tetap menjadi misteri. Namun, aku semakin yakin bahwa hanya ada satu jalan untuk mengetahui Dia yang menciptakan dan menyuruhku, yakni lewat kematian. Hanya lewat kematianlah aku bertatap muka dengan Dia yang menciptakan dan menyuruhku menyebarkan jala-Nya. Oleh karena itu, kematian, saat ini menjadi kerinduanku yang paling dalam, dan bahkan sangat menggebu-gebu. Meskipun demikian, seperti rasul besar-Nya St.Paulus, aku akan mengatakan kepada-Nya; “Jika aku memilih maka aku ingin mati untuk bertemu dan tinggal bersama-Nya. Namun, jika saat ini, kehidupan masih terberi oleh-Nya kepadaku maka sedetikpun tidak akan kusia-siakan rahmat dan kesempatan ini. Aku akan berjuang untuk melakukan yang terbaik untuk-Nya, untuk Gereja-Nya dan untuk umat-Nya disekitarku.

Akhirnya, aku hanya berharap dan mendoakan serta meminta kepada Dia Yang telah memanggilku menjadi imam-Nya, yakni harapan dan ungkapan hati santo kesayanganku, St.Yohanes Maria Vianey dari Ars; “Aku ditahbiskan bukan untuk diriku sendiri melainkan untuk umat.” Kalau memang aku ditahbisakan untuk umat tapi aku sendiri tidak mau dan rela melayani mereka atau sebaliknya lewat imamat ini akulah yang dilayani oleh mereka maka alangkah berdosanya aku ini terhadap Tuhan dan sesamaku. Aku yakin bahwa kematianpun tidak akan memberiku kesempatan untuk bertatap muka dengan Sang Pencipta dan Pemilik jala itu.

Di hari ini, hanya satu yang kuharapkan dari sahabat kenalanku, doakanlah aku, imammu yang berdosa ini dengan harapan kiranya kesucian dan kesederhanaan tidak pernah kujauhkan dari kehidupanku sebagai seorang imam. Mamaku di rumah, aku selalu merindu melihat kekhusyukanmu mendoakanku. Aku tidak pernah mendengar kata-kata dari mulutmu, tapi Ia yang memanggilku pasti mengerti apa yang mama katakana dalam doa-doamu, dan aku tahu bahwa saat ini mama sedang mendoakanku. Bunda Maria, mama rohaniku, bawahlah aku dalam pelukan keibuanmu kepada Yesus, Putramu yang telah memanggil dan melayakkan aku menjadi imam-Nya.


Teriring salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabatnya,

Romo Inno Ngutra
(Rinnong – Duc in Altum)

Marquee Text Generator - http://www.marqueetextlive.com

Rinnong

Jumat, 04 November 2011

MENGGEMBIRAKAN ORANG LAIN



Selesai Perayaan Ekaristi tadi pagi, saya menikmati sarapan di pastoran. Saya sedikit kesal karena kemarin lupa memberi roti untuk sarapan. Jadi sarapan tanpa roti rasanya kurang lengkap, bagaikan sayur tanpa garam, malam tanpa bintang, sendok tanpa garpu dan kata orang muda, bagaikan hidup tanpa cinta, Mmmm mantap….. Tiba-tiba seseorang membel pintu. Antara jengkel dan sebel kubuka juga pintu dan kemudian saya melihat dua anak yang masih kecil sedang membawa bungkusan.

Heran dan bercampur ingin tahu, saya sapa anak kecil itu, “Selamat pagi, apa yang ingin saya perbuat untukmu? Ini sapaan hangat dan penuh persaudaraan yang selalu saya ucapkan bila seseorang datang kepada saya. Salah satu dari anak itu mengatakan, “Pastor ini adekku dan kami datang menawarkan roti ini untuk pastor beli. Langsung saya berkata dalam hati, “Baik sekali Engkau ya Allah. Engkau tahu bahwa hambamu ini butuh roti untuk sarapan, dan Engkau mengutus anak yang manis ini membawanya.”

Dengan senang hati kusambut tawaran yang menggembirakan itu. Namun sebelumnya saya bertanya lagi, “Kog tumben kalian menjual roti dan pergi ke rumah-rumah ?. Di sinilah muncul jawaban polos yang sangat mengagumkan. “Kami ada lima bersaudara dan abang kami yang tertua akan merayakan hari ulang tahunnya minggu depan. Jadi kami patungan untuk mengumpulkan uang untuk membeli hadiah istimewa di hari jadinya. Kami akan membeli mobil-mobilan yang pake remote control. Saya sungguh terharu atas paparan yang lugu, polos dan jujur ini.

Benar, saya butuh roti untuk sarapan, namun lewat “kesadaran” anak-anak itu, saya juga mendapat suatu nilai hidup yang sangat dalam, MENGGEMBIRAKAN ORANG LAIN. Saya merasa malu karena anak yang polos itu mengajari dan menasehati saya untuk selalu peduli dan peka akan orang lain. Kalau sejak dini mereka sudah dIdidik untuk mengembangkan sikap bertanggungjawab, saya yakin nilai luhur ini akan selalu hidup dalam hati sanubari mereka. Akhirnya karena rasa kagum, saya beli beberapa roti itu dan uangnya pun saya kasih lebih.

Saudara-I terkasih dan teman-teman sekalian. Salah satu panggilan kita sebagai orang Kristen ialah membawa kegembiraan, kedamaian dan keteduhan bagi orang lain. Kita tidak usah berpikir muluk-muluk bagaimana mewujudkannya dalam hidup harian kita. Kita juga tidak perlu capek-capek merancang suatu cara yang spektakuler untuk merealisasinya. Kata-kata yang teduh, damai, lemah lembut, sopan santun dari mulut kita adalah cara sederhana namun bermakna. Dan bukan sebaliknya kata-kata, kotor, kasar, marah yang tak terkontrol, apalagi kutukan.

Membawa kegembiraan bagi orang lain bukanlah sulit dan mahal. Yang sulit ialah bagaimana kita menumbuhkan rasa peduli dan peka dalam hati kita, serta memupuk dan memeliharanya sehingga itu bertumbuh dan akhirnya berbuah. Sedikit dari kekuranganmu, ditambah sedikit dari kekurangan orang lain, dan dikalikan dengan sepuluh dari kekurangan orang lain lagi (PATUNGAN), hal itu akan mampu menggembirakan mereka-mereka yang sangat membutuhkan.

Semoga kisah anak kecil di atas mewarnai hati kita, dan memacu sehingga kita pelan namun pasti, mampu membawa kegembiraan bagi orang lain. Ketika kamu mampu membawa kegembiraan bagi mereka, maka kamu telah mengambil bagian dalam misi pewartaan Yesus yang membawa damai, kegembiraan dan suka cita bagi semua orang. Semoga.