Senin, 24 Oktober 2011

SATU DALAM KEBERAGAMAN, SATU DALAM IMAN, HARAP DAN KASIH

Pada suatu kesempatan, saya masuk ke Gereja. Saya duduk tenang, memandang ke altar. Saya kagum dengan keberadaan salib di sana, simbol Yesus yang menyelamatkan kita. Ku pandang lagi lilin bernyala simbol Dialah cahaya sejati yang menerangi hidup kita. Cahaya-Nya tidak akan pernah padam. Tiba-tiba pandanganku berhenti lama pada sekumpulan bunga yang di depan altar. Saya amati satu persatu warnanya, ada yang merah, putih, kuning, violet dan variasi warna ini dilingkupi dengan daun hijau menambah kesempurnaan dan keindahan bunga itu. Ku lihat lebih jauh, bunga itu pun bukan sama tetapi berbeda jenis. Bunga-bunga itu dikumpulkan dan dipadukan oleh umat yang menghias Gereja. Indah, semerbak, menarik dalam keberagaman, satu dalam “misi” memberi keindahan dan semerbak bagi yang memandang.

Petualangan rohaniku,, mengembara ke konteks yang lebih luas. Kita berbeda suku, tingkat ekonomi, berbeda status, berbeda umur, berbeda tempat, berbeda latar belakang. Keberbedaan kita dipadukan, disatukan dalam iman, harap dan kasih. Kita satu dalam rasa, pandangan, harapan, misi, memuji dan memulikan Dia yang Agung. Kita yang berbeda itu, disatukan oleh salib itu (Yesus menyelamatkan), dan lilin bernyala (Yesus cahaya dunia).

Lebih luas lagi, ku renungkan Gereja universal. Umat di Indonesia: Medan (Sumut), Nias, Jakarta, Jogya. Surabaya, Padang, Bali, Palembang, Lampung, Semarang, dst,,,,, (tambah sendiri),, Gereja lebih global lagi, di seluruh dunia,, Kita menyebutnya Kristen, Katolik, bersatu juga dalam iman. Bersatu dalam perayaan rohani. Kita menyembah Allah yang sama. Kita memuji Yesus yang sama dan kita dipersatukan oleh Roh Kudus yang sama juga. Kesatuan dan keakraban Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus mempersatukan kita yang berbeda daerah/bangsa, suku, budaya, status dan ekonomi.

Maka anganku langsung mengatakan, “Aku adalah bagian dari teman yang ada di Indonesia, saya juga bagian dari saudara-I kristen-katolik yang ada diseluruh dunia. Bukankah ini suatu “keajaiban” bahwa Allah mampu mempersatukan diri kita dari utara ke selatan, timur dan barat. Dari sabang sampai merauke??

Mari kita mempererat persaudaraan kita sebagai umat Kristen. Kita satu dalam harapan, iman dan kasih. Mari kita saling mendoakan dan memupuk semangat kesatuan, persaudaraan dalam keberagaman. Kita adalah keluarga besar, karena itu kita wajib merasakan apa yang saudara lain rasakan, dan kita berbela rasa terhadap apa yang mereka alami.

1 Korintus 12:12-31 berbicara tentang, “Banyak anggota tetapi satu tubuh.” Pesannya ialah walau kita banyak anggota tetapi kita adalah satu dalam Kristus berdasarkan baptisan yang kita terima dan status sebagai orang Kristen yang kita sandang. Maka kalau ada satu anggota yang sakit, menderita, mengalami duka, kita juga ikut merasakannya.”

Maka, jangalah ada di antara kita saling mencaci, menjelekkan, menjatuhkan dan menghina satu sama lain. Kita dipanggil hidup sebagai saudara dan sahabat. Betapa baik dan indahnya hidup sebagai saudara….. Semoga.

Selamat malam, Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu.

NOSTALGIA YANG SEMAKIN MENGGEMA (PERCIK BIJAK HIDUP PERKAWINAN)

Yosafat Ivo Ofm Cap


Semua bergumam Lauren dan Lara adalah pasangan ideal dan serasi. Di samping paras mereka yang ganteng dan cantik, juga mereka telah mengecap dunia pacaran bertahun lamanya. Umur yang matang tentu menambah daftar keyakinan orang bahwa pasangan yang baru mengayuh bahtera keluarga (menikah) ini akan langgeng dan setia selamanya. Benar bahwa semua atribut pujian yang dilontarkan banyak orang mereka miliki. Namun sebenarnya yang paling mempersatukan mereka ialah hati dan jiwa. Itu bukan berarti bahwa kenangan selama pacaran semua indah. Kadang kerikil tajam dan terjalnya jalan berliku mereka alami. Dan yang paling mengganjal mereka sampai sekarang ialah keluarga Lara tidak mendukungnya menikah dengan Lauren yang tidak seiman. Lara tetap yakin bahwa Lauren akan semakin beriman bahkan melebihi imannya sebagai katolik.

Lauren, pemuda ganteng ini memang bukan beragama katolik namun hasrat terdalam hatinya bersimpul di kaki sang Bunda Maria pemersatu keluarga Kristen, suatu hari akan terwujud. Ia mau menunjukkan kepada keluarga Lara bahwa Lara tidak salah memilihnya sebagai suami dan pendamping hidupnya. Lauren, walau tidak beragama katolik tetapi ia yakin bahwa Lara adalah hadiah utuh dan sempurna dari Allah. Lara adalah pelabuhan hati dan dermaga jiwanya. Allah sendiri yang mempersatukan mereka, maka ia akan akan menjaga keluarganya tetap utuh dan abadi. Tiga tahun telah berlalu, Lauren dan Lara dikarunai puteri mungil dan cantik. Seiring dengan itu, Lauren juga semakin semangat kerja di kantor. Pada suatu hari diadakanlah upacara meriah di kantornya dalam rangka pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian. Selesai upacara meriah itu, teman-temannya bertanya, “Lauren, selamat ya. Apa rencana hari ini? Barangkali teman-temannya ingin jalan, atau merayakan pesta selanjutnya. Namun Lauren mengatakan, “Terimakasih, saya hanya mau pulang ke rumah.”

Karena jasa dan keuletannya kerja, perusahaan pun semakin berkembang pesat. Bosnya di kantor memujinya selangit. Bosnya bertanya, “Lauren, saya kagum dengan tanggung jawabmu terhadap perusahaan ini. Apakah ada permintaanmu? Lauren dengan lembut menjawab, “Terimakasih atas tawaran bapak, hanya satu permintaan saya, saya hanya mau pulang ke rumah” Pimpinannya semakin kagum atas kommitennya terhadap keluarganya. Pimpinannya itu sejenak merenungkan dirinya sendiri karena telah “melupakan” keluarganya karena karir dan kerja. Keluarganya hancur karena ia lebih mementingkan bisnis dan karir daripada anak dan isterinya.

Pada suatu hari perusahaan mengutus Lauren mengikuti pertemuan antar kepala bagian di kota lain yang bertajuk professioanal dalam kerja, selama satu bulan. Setelah pertemuan itu tuntas, bosnya menelepon dan memberitahu bahwa Lauren bisa mengambil waktu jalan-jalan di kota itu selama satu minggu. Lauren sekali lagi dengan sopan mengatakan, “Terimakasih atas kebaikan Bapak, hanya satu permintaan saya, saya hanya mau pulang ke rumah.” Pimpinannya itu semakin hari-semakin kagum dengannya. Ia kadang malu dengan dirinya. Sebagai bos itu masih harus belajar kepada Lauren bawahannya soal kesetiaan dan komitmen terhadap keluarga.

“Saya hanya mau pulang ke rumah” ungkapan ini mengandung sejuta makna namun inti yang mau disampaikan oleh Lauren ialah, “Keluargaku adalah nomor satu. Keluargaku adalah terpenting. Karena merekalah saya semangat kerja. Karena isteri dan anak-anakkulah maka saya sukses dalam karir, karena itu kepada merekalah pertama-tama saya menceritakan kesuksesan dan keberhasilan saya. Dalam dan indah bukan ??

Saudara-I terkasih dan teman-teman sekalian. Dalam kerja, karir dan kesibukanmu, apakah ada kerinduanmu untuk selalu pulang ke rumah? Apakah anda tetap berkomunikasi dengan mereka yang kamu cintai (suami-isteri dan anak-anak) walau sesibuk apapun? Kalau masih itu ada berbahagialah karena anda tetap memberi hati, pikiran dan jiwamu sama keluarga (isteri, suami dan anak-anakmu). Itu memberi indikasi bahwa keluarga memang penting dan nomor satu. Semua kerja dan karir, demi mereka karena itu kepada keluargalah kamu berbagi kegembiraan, kesedihan, dan semua variasi pengalaman hidup.

Terakhir Lauren mengatakan, “ SAYA MAU PULANG KE RUMAH……karena anaknya mau dipermandikan dan dia mau diterima resmi menjadi katolik. Lagi-lagi, indah pada waktunya kan……..

Welcome

Yosafat Ivo Ofm Cap


Saudara-i terkasih di berbagai penjuru dunia, teman-teman sekalian. Kuhaturkan doa ini kepada Dia yang menata hidup kita. Kututurkan senandung malam ini bagi siapa saja yang akan beristirahat nanti. Dalam moment hikmat dan sunyi senyap ini, kucoba mengingat namamu satu persatu saudara dan saudariku, teman dan sahabatku. Dalam kesendirianku duduk bertahta mutiara rohani ditemani lilin, salib dan rosario aku mencoba menyapamu satu persatu. Bila aku tidak mampu mengingat namamu satu persatu maafkan daku, tetapi Dia akan mengingat namamu. Bila aku tidak bisa menyapamu karena keterbatasan kemanusiaanku, mengertilah aku, dan bila doa ini tidak sedalam maknanya, pahamilah aku. Dia akan menyapamu dengan lembut dan Dia sendiri akan menyempurnakan senandung malam ini. Maka injinkan aku memulai senandung malam ini untukmu dan untukku dan bila kamu punya waktu sebelum tidur nanti, alangkah sempurnanya senandung malam ini bila kamu senandungkan juga dalam kesendirianmu sambil mengingat keluargamu, suami-isteri, anak-anak dan teman-temanmu, sebelum berangkat ke tempat peraduanmu.

Ya Bapa, kegelapan malam mulai menyelimuti dunia dan matahari mulai menyembunyikan sinarnya tetapi sinar rahmatMu tidak akan pernah padam. Ia akan selalu bersinar kapan pun karena itulah bukti kesetiaan cintaMu bagi kami. Kesibukan insan manusia, suara deru mesin dan kederaan, perlahan hilang seiring datangnya malam. Tetapi suara rohMu selalu bergema dan berbisik di lubuk hati kami. Itu pertanda bahwa Engkau selalu dekat dengan kami. Suara jengkrik mulai kedengaran hiruk pikuk, longlongan anjing di kejauhan mulai riuh, pertanda bahwa mereka juga menyambut malam ini dengan suka cita.

Ya Bapa, bila “sejarah” pernah mencatat bahwa sungai itu kadang kering tidak demikian dengan kasihMu. Kalau cahaya itu kadang padam namun sinarMu menerangi budi kami dan tidak pernah sirna. Dan bila hari berlalu tidak demikian dengan berkat dan rahmatmu, tidak pernah meninggalkan diri kami. Dan bila sejarah juga mencatat bahwa kesetiaan matahari tidak pernah diragukan untuk terbit di ufuk timur, tetapi KasihMu melebihi segala kesetiaan yang di muka bumi ini. Kasihmu bukan hanya “terbit” di ufuk timur tetapi di segala ufuk dunia kendati pun kelemahan, kekurangan dan dosa menyelimuti hidup manusia.

Ya Bapa, Engkau tidak membiarkan kami berjalan sendirian. Engkau senantiasa membimbing dan mengarahkan hidup kami. Engkau selalu menuntun langkah kaki kami. KasihMu tidak terhingga. JanjiMu melebihi batas waktu dan tempat. Maka kami yakin dan percaya bahwa malam teduh yang disinari cahayaMu menjadi selimut kami saat berisitirahat. Turunkanlah embun kasihMu sehingga malam ini menjadi malam yang bahagia dan damai untuk semua orang yang akan berangkat ke " istana" tidur mereka. Jagailah kami sehingga esok hari kami bangun dengan segar untuk menyosong hari baru. Bunda Maria bunda pertolongan abadi bentangkanlah mantolmu dan lindungi dan jagailah kami selalu. Amin.

Selamat malam, Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu.

KETIKA KEINGINAN ISENG KU MENJADI KEGEMBIRAAN BAGI ORANG LAIN.

Yosafat Ivo Ofm Cap


Entah kenapa asal turun hujan di Guam selalu ada kerinduan tersendiri untuk mengendarai sepeda motor dan berteman derasnya hujan. Pengalaman “indah” di terpa hujan lebat saat pulang dari stasi balik ke paroki, waktu masih di Indonesia adalah sesuatu yang berkesan. Entah kenapa sulit dilukiskan dengan kata-kata. Namun keinginan untuk mengulangi hal itu sangat sulit karena di Guam jarang orang naik sepeda motor, hanya kadang hari Sabtu dan Minggu. Di paroki sendiri pun tidak ada sepeda motor.

Tetapi moment kerinduan itu, datang juga. Allah memang mengerti dan memahami keinginan umat. Allah selalu menjawab kehausan umatNya. Tadi siangi, saat balik dari kampus, tiba-tiba hujan lebat dan angin berhembus kencang. Saat melewati pos perhentian mobil di tepi jalan saya melihat satu keluarga, suami, isteri dan anak berumur sekitar 2 tahun berteduh. Pucuk di cinta ulam pun tiba, entah berjodoh dengan situasi, saya berhenti. Apa yang terjadi, saya sungguh mengenal keluarga ini. Mereka adalah umat di paroki yang saya layani.

Saya melihat anak mereka yang berumur 2 tahun itu sangat mengigil kedingian. Saya katakan, “Kita gantian saja, bapak dan keluarga, pakai mobil ini dan saya kendarai sepeda motor. Bapak itu dengan halus menolak, “Tidak pastor, biar kami menunggu hujan reda. Nanti pastor sakit, apalagi ada misa nanti sore dan besok lagi ada tiga misa.” Saya balas, “Saya orang Indonesia, saya tidak takut hujan, hujan yang takut dengan saya. Bapak itu tertawa lebar tetapi tetap enggan gantian. Karena terus ia menolak, sambil senyum saya bilang, “Demi ketaatan kepada pastor paroki, kita gantian, bapak bawa mobil ini dan aku bawa sepeda motor bapak. Saya melanjutkan ini bukan mobilku, tetapi mobil paroki atau tegasnya mobil KITA, jadi saat ini bapak bersama keluarga dan anak ini yang lebih berhak memakainya. Akhirnya ia pun bersedia.

Saat mengendarai sepeda motor itu, saya memang bergembira dan bersuka cita karena kerinduan mengulangi pengalaman berteman hujan saat di Indonesia terkabul. Pikiran lain yang terngiang di benakku ialah, kalau mereka kena hujan dan sakit, besok hari Minggu dan tidak datang ke Gereja, berkurang dong kolekte, he he he he, ada-ada saja. Saat tiba di paroki saya memang menggigil kedinginan, tetapi mereka hangat. Saya cepat ganti baju dan kemudian saya mengantar mereka ke rumahnya. Sepeda motor itu parkir di paroki. Sebelum “berpisah” saya mengatakan, sampai jumpa besok di Gereja dan bawa kolekte dua kali lipat. Mereka pun tertawa senang dan mengatakan, tentu saja pastor bahkan empat kali lipat karena “taksinya” nyaman dan pake AC lagi.

Saudara-I terkasih, pesan yang mau saya sampaikan bukan berangkat dari judul yang bombastis itu. Saya hanya mau mengatakan, apakah kita mau dengan gembira “keluar” sejenak dari kenyamanan hidup kita, dari kelengkapan materi yang kita miliki, dan berbagi dengan mereka yang tidak punya. Merasakan apa yang mereka alami.

Barangkali kita tidak masalah menutup pintu mobil mewah itu karena barang kali ada AC dan kita nyaman di dalam. Kita juga tidak salah menutup pintu rumah karena kita takut dan cemas akan barang-barang berharga di dalamnya. Namun jangan tutup pintu hatimu, jangan katupkan matamu dan padamkan roh belaskasihan dalam dirimu. Hatilah yang mengajak kita untuk peka dan peduli. Hatilah yang “bersuara” untuk menjawab jeritan mereka yang miskin, hina dan papa. Hati jugalah yang mendorong kita untuk berbuat sesuatu. Karena itu bukalah pintu hatimu, dengarkan jeritan mereka yang pilu…………………. Semoga.

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22 : 34-40).

Robertus B. Indra G
‎"Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu...Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22 : 34-40).
Cinta Allah tidak dapat diraba dan tidak dapat ditangkap, maka Allah memperlihatkan cinta-Nya dlm ukuran manusia yaitu Yesus Putera-Nya yg menjadi manusia. Maka seperti cinta kasih Allah kepada kita diberikan dengan corak manusiawi, demikian pula cinta kasih kita kepada Allah jg bercorak manusiawi pula, artinya kita dapat membuktikan dan memperlihatkan cinta kita kepada Allah lewat cinta kepada sesama. Tdk mungkin kita mengatakan mengasihi Allah padahal kita membenci sesama. Ingatlah bahwa pd akhir hidup kita, nilai dan hasil karya dlm ziarah hidup kita diukur menurut pelaksanaan kedua perintah ini. Mari kita tanamkan hidup kasih di keluarga kita masing-masing dan jadilah keluarga yang melayani dengan kasih yang sabar, yang murah hati, yang tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersuka cita karena ketidakadilan, dan lakukan kebenaran. Kasih tidak memiliki dan tidak dimiliki, karena kasih cukup untuk kasih (Kahlil Gibran). Kasih memberi kehangatan laksana matahari setelah hujan (William Shakespeare). Kasih adalah buah yang tidak mengenal musim, dan bisa dipetik oleh semua orang (Bunda Theresa). Kita belajar menyanyi dengan menyanyi, belajar membaca dengan membaca, menulis dengan menulis, demikianlah kita belajar mengasihi dengan berbuat kasih. JUST DO IT !!!

YESUS, GEMBALA AGUNG MENGENALMU DAN MEMAHAMIKU (Sapaan Kasih-Teduh di Hari Minggu)

Yosafat Ivo Ofm Cap


Dia datang bukan dengan sarana mutakhir dan mahal. Dia muncul bukan dengan pengawal bersenjata. Dia menampkkan diri bukan dengan janji dan reklame. Namun Dia datang dengan keledai symbol kerendahan hati dan kesederhanaan. Namun Dia datang dengan para murid yang berpenampilan biasa, ala kadarnya. Dia datang bukan untuk memerintah tetapi melayani dengan penuh cinta.

Gembala agung mengenalmu dan mengenalku..... kepribadian dan sifat kita
Ia mencintaimu dan mengasihiku...... apa adanya
Ia mengerti kamu dan memahamiku..... kelemahan dan kekurangan
Ia memanggil namamu dan menyapa namaku

Di kala kita mengalami masalah, Ia mamandang kita dengan penuh belaskasih
Saat kita letih Lesu, Ia bersabda, "Datanglah kepadaKu kalian yang berbeban berat"
Saat kita rindu akan Dia, Ia mengatakan, " Akulah roti hidup yang turun dari surga, barang siapa makan daging dan minum darahKu, ia tidak akan lapar dan haus lagi.
Saat kita kehilangan harapan, Ia datang meneguhkan kita dengan bersabda, "Aku ini jangan takut, Aku selalu bersamamu."
Ketika kita kehilangan cinta dan kasih, Ia memperingatkan kita, "Kasihilah satu sama lain seperti Aku telah mengasihi kamu."
Pada waktu kita kehilangan arah, "Ia menasehati kita, "Mintalah maka akan diberikan, carilah maka kamu akan mendapat dan ketoklah maka pintu akan diberikan."

Maka
singkirkanlah keraguan dengan keyakinan
Kikis ketakutan dengan keberanian
jauhkan keputus asaan dengan kepastian
Dobrak kegalauan dengan kegembiraan
Buang ketidak percayaan dengan iman dan keyakinan
karena Sang Gembala Agung bersama kita, di sisi kita, setiap saat, di mana dan kapanpun.

Selamat Hari Minggu, berkat Allah menyertaimu, KasihNya mewarnai hidupmu dan bimbinganNya meyakinkan langkahmu.