Senin, 07 November 2011

INDAHNYA KEMATIAN DI HARI KELAHIRAN

Inno Ngutra


Ada 3 moment penting yang selalu membuatku terkagum-kagum akan cinta Tuhan kepadaku, yakni Kelahiran, Tahbisan Imamat dan Kematianku.

KELAHIRAN menjadi bukti bahwa Sang Pencipta menciptakanku dan orang tua (papa dan mama) telah bekerja secara luar biasa sehingga aku diizinkan oleh cinta mereka lahir ke dunia ini. Tuntunan dan kasih sayang mereka telah membentukku menjadi seorang anak manusia yang takut akan Tuhan dan mencoba mencintai dan menerima sesamaku sebagaimana mereka adanya. Penerimaan ini hanya menjadi mungkin bila aku sendiri menerima diriku apa adanya. Penerimaan diri menjadi pintu gerbang untuk mencintai sesama dan mengakui kebesaran Allah yang telah menciptakanku seperti apa adanya aku saat ini.

TAHBISAN IMAMAT adalah sebuah langkah penuh liku yang harus kuambil karena dengan itulah aku menjadi seperti apa adanya aku saat ini. Aku boleh saja memilih untuk menikah, aku boleh saja memilih untuk menjadi seorang tentara, pegawai, atau bahkan petani maupun pelaut, dan beragam lainnya. Namun, keputusan untuk menjadi imam selalu membuatku kagum akan bagaimana Ia mencintaiku. Aku yang merasa tidak tampan, pandai dan bijak telah melayakkanku menjadi hamba-Nya; “Duc in Altum;Free Rainbow Graphics - http://www.myrainbowtext.com

MIK “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam”, meskipun telah semalaman, bertahun-tahun aku mencoba tapi karena Engkau yang menyuruhnya maka aku akan menebarkan jala juga (Luk.5:4) Dan, sungguh, jala itu sekarang aku sedang tebarkan dengan harapan bahwa hasil yang didapatkan Petrus juga menjadi hasil tangkapanku, atau sekurang-kurangnya aku dapat berkata seperti ibu-Mu, Maria; “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

KEMATIAN adalah misteri. Namun semakin bertambah umurku, semakin kerinduanku mengetahui rahasia ini semakin besar. Kalau dalam kelahiran aku meyakini bahwa ada Sang Pencipta lewat papa dan mama, maka dalam sakramen imamat, aku sadar bahwa Ia sendirilah yang telah menyuruhku untuk membawa dan menebarkan jala-Nya. Pertanyaan bagiku saat ini; “Siapakah Dia Yang telah menciptakanku? Siapakah Yang telah menyuruhku membawa dan menyebarkan jala-Nya? Siapakah Dia?” Pertanyaan ini tetap menjadi misteri. Namun, aku semakin yakin bahwa hanya ada satu jalan untuk mengetahui Dia yang menciptakan dan menyuruhku, yakni lewat kematian. Hanya lewat kematianlah aku bertatap muka dengan Dia yang menciptakan dan menyuruhku menyebarkan jala-Nya. Oleh karena itu, kematian, saat ini menjadi kerinduanku yang paling dalam, dan bahkan sangat menggebu-gebu. Meskipun demikian, seperti rasul besar-Nya St.Paulus, aku akan mengatakan kepada-Nya; “Jika aku memilih maka aku ingin mati untuk bertemu dan tinggal bersama-Nya. Namun, jika saat ini, kehidupan masih terberi oleh-Nya kepadaku maka sedetikpun tidak akan kusia-siakan rahmat dan kesempatan ini. Aku akan berjuang untuk melakukan yang terbaik untuk-Nya, untuk Gereja-Nya dan untuk umat-Nya disekitarku.

Akhirnya, aku hanya berharap dan mendoakan serta meminta kepada Dia Yang telah memanggilku menjadi imam-Nya, yakni harapan dan ungkapan hati santo kesayanganku, St.Yohanes Maria Vianey dari Ars; “Aku ditahbiskan bukan untuk diriku sendiri melainkan untuk umat.” Kalau memang aku ditahbisakan untuk umat tapi aku sendiri tidak mau dan rela melayani mereka atau sebaliknya lewat imamat ini akulah yang dilayani oleh mereka maka alangkah berdosanya aku ini terhadap Tuhan dan sesamaku. Aku yakin bahwa kematianpun tidak akan memberiku kesempatan untuk bertatap muka dengan Sang Pencipta dan Pemilik jala itu.

Di hari ini, hanya satu yang kuharapkan dari sahabat kenalanku, doakanlah aku, imammu yang berdosa ini dengan harapan kiranya kesucian dan kesederhanaan tidak pernah kujauhkan dari kehidupanku sebagai seorang imam. Mamaku di rumah, aku selalu merindu melihat kekhusyukanmu mendoakanku. Aku tidak pernah mendengar kata-kata dari mulutmu, tapi Ia yang memanggilku pasti mengerti apa yang mama katakana dalam doa-doamu, dan aku tahu bahwa saat ini mama sedang mendoakanku. Bunda Maria, mama rohaniku, bawahlah aku dalam pelukan keibuanmu kepada Yesus, Putramu yang telah memanggil dan melayakkan aku menjadi imam-Nya.


Teriring salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabatnya,

Romo Inno Ngutra
(Rinnong – Duc in Altum)

Marquee Text Generator - http://www.marqueetextlive.com

Rinnong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar