Senin, 24 Oktober 2011

NOSTALGIA YANG SEMAKIN MENGGEMA (PERCIK BIJAK HIDUP PERKAWINAN)

Yosafat Ivo Ofm Cap


Semua bergumam Lauren dan Lara adalah pasangan ideal dan serasi. Di samping paras mereka yang ganteng dan cantik, juga mereka telah mengecap dunia pacaran bertahun lamanya. Umur yang matang tentu menambah daftar keyakinan orang bahwa pasangan yang baru mengayuh bahtera keluarga (menikah) ini akan langgeng dan setia selamanya. Benar bahwa semua atribut pujian yang dilontarkan banyak orang mereka miliki. Namun sebenarnya yang paling mempersatukan mereka ialah hati dan jiwa. Itu bukan berarti bahwa kenangan selama pacaran semua indah. Kadang kerikil tajam dan terjalnya jalan berliku mereka alami. Dan yang paling mengganjal mereka sampai sekarang ialah keluarga Lara tidak mendukungnya menikah dengan Lauren yang tidak seiman. Lara tetap yakin bahwa Lauren akan semakin beriman bahkan melebihi imannya sebagai katolik.

Lauren, pemuda ganteng ini memang bukan beragama katolik namun hasrat terdalam hatinya bersimpul di kaki sang Bunda Maria pemersatu keluarga Kristen, suatu hari akan terwujud. Ia mau menunjukkan kepada keluarga Lara bahwa Lara tidak salah memilihnya sebagai suami dan pendamping hidupnya. Lauren, walau tidak beragama katolik tetapi ia yakin bahwa Lara adalah hadiah utuh dan sempurna dari Allah. Lara adalah pelabuhan hati dan dermaga jiwanya. Allah sendiri yang mempersatukan mereka, maka ia akan akan menjaga keluarganya tetap utuh dan abadi. Tiga tahun telah berlalu, Lauren dan Lara dikarunai puteri mungil dan cantik. Seiring dengan itu, Lauren juga semakin semangat kerja di kantor. Pada suatu hari diadakanlah upacara meriah di kantornya dalam rangka pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian. Selesai upacara meriah itu, teman-temannya bertanya, “Lauren, selamat ya. Apa rencana hari ini? Barangkali teman-temannya ingin jalan, atau merayakan pesta selanjutnya. Namun Lauren mengatakan, “Terimakasih, saya hanya mau pulang ke rumah.”

Karena jasa dan keuletannya kerja, perusahaan pun semakin berkembang pesat. Bosnya di kantor memujinya selangit. Bosnya bertanya, “Lauren, saya kagum dengan tanggung jawabmu terhadap perusahaan ini. Apakah ada permintaanmu? Lauren dengan lembut menjawab, “Terimakasih atas tawaran bapak, hanya satu permintaan saya, saya hanya mau pulang ke rumah” Pimpinannya semakin kagum atas kommitennya terhadap keluarganya. Pimpinannya itu sejenak merenungkan dirinya sendiri karena telah “melupakan” keluarganya karena karir dan kerja. Keluarganya hancur karena ia lebih mementingkan bisnis dan karir daripada anak dan isterinya.

Pada suatu hari perusahaan mengutus Lauren mengikuti pertemuan antar kepala bagian di kota lain yang bertajuk professioanal dalam kerja, selama satu bulan. Setelah pertemuan itu tuntas, bosnya menelepon dan memberitahu bahwa Lauren bisa mengambil waktu jalan-jalan di kota itu selama satu minggu. Lauren sekali lagi dengan sopan mengatakan, “Terimakasih atas kebaikan Bapak, hanya satu permintaan saya, saya hanya mau pulang ke rumah.” Pimpinannya itu semakin hari-semakin kagum dengannya. Ia kadang malu dengan dirinya. Sebagai bos itu masih harus belajar kepada Lauren bawahannya soal kesetiaan dan komitmen terhadap keluarga.

“Saya hanya mau pulang ke rumah” ungkapan ini mengandung sejuta makna namun inti yang mau disampaikan oleh Lauren ialah, “Keluargaku adalah nomor satu. Keluargaku adalah terpenting. Karena merekalah saya semangat kerja. Karena isteri dan anak-anakkulah maka saya sukses dalam karir, karena itu kepada merekalah pertama-tama saya menceritakan kesuksesan dan keberhasilan saya. Dalam dan indah bukan ??

Saudara-I terkasih dan teman-teman sekalian. Dalam kerja, karir dan kesibukanmu, apakah ada kerinduanmu untuk selalu pulang ke rumah? Apakah anda tetap berkomunikasi dengan mereka yang kamu cintai (suami-isteri dan anak-anak) walau sesibuk apapun? Kalau masih itu ada berbahagialah karena anda tetap memberi hati, pikiran dan jiwamu sama keluarga (isteri, suami dan anak-anakmu). Itu memberi indikasi bahwa keluarga memang penting dan nomor satu. Semua kerja dan karir, demi mereka karena itu kepada keluargalah kamu berbagi kegembiraan, kesedihan, dan semua variasi pengalaman hidup.

Terakhir Lauren mengatakan, “ SAYA MAU PULANG KE RUMAH……karena anaknya mau dipermandikan dan dia mau diterima resmi menjadi katolik. Lagi-lagi, indah pada waktunya kan……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar